Breaking News
Loading...
Rabu, 09 Oktober 2013

Info Post



ABSTRAK

Academic Administrative Services is one of the services provided by the College for students. Quality of service (service quality) will both increase the satisfaction level of competitive advantage and influence the college to be able to win the competition. In an effort to improve the administrative services it is necessary to increase the academic performance of academic administrative personnel in the form of transformational leadership, training services, and increased motivation through the fulfillment of employee needs.
The method used in this research is descriptive method with quantitative approach. The sample used is academic administrative employees, which amounted to 41 respondents spread across 12 STIE in Bandung. The data processing techniques used are: 1) Calculation of average variable. 2) Normality Test. 3) Correlation Analysis. 4) Simple and Multiple Regression Analysis to determine causality.
Conclusion of a study that is generally, leadership, training, and motivation in good categorized, While the employee's performance is very good category. The results of simple regression analysis states that transformational leadership does not give effect to the performance of employees, training impact the performance of employees by 16%, and motivation gives effect to the performance of employees at 17.8%. The results of multiple regression analysis states that transformational leadership, training, and motivation together give effect to the performance of employees by 25.4% and the remaining 74.6% influenced by other factors.

Keyword: Transformational Leadership, Training, Motivation, Performance of Employees

  
PENDAHULUAN

Salah satu bidang penting dalam administrasi/manajemen pendidikan adalah berkaitan dengan personil/sumberdaya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan, baik itu pendidik seperti guru dan dosen maupun tenaga kependidikan seperti tenaga administratif. Hal tersebut menunjukan bahwa masalah sumberdaya manusia menjadi hal yang sangat dominan dalam proses pendidikan, hal ini juga berarti bahwa mengelola sumberdaya manusia merupakan bidang yang sangat penting dalam melaksanakan proses pendidikan di sekolah.
Pada era globalisasi seperti saat ini, kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif sangat dibutuhkan, karena menurut Sumarsono (2004: 236) globalisasi yang muncul merupakan global competition, global business, global company, dan global organization. Perubahan-perubahan tersebut menuntut daya adaptasi dan akomodasi yang tinggi dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan dampak globalisasi ini.
Perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis global juga turut memicu meningkatnya intensitas persaingan antar penyedia jasa pendidikan tinggi, sehingga masing-masing penyedia jasa pendidikan tinggi akan berusaha menawarkan jasa pendidikan tinggi yang berkinerja tinggi. Saat ini lembaga pendidikan atau dalam hal ini perguruan tinggi merupakan pusat keunggulan (center of excellent), dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang didukung oleh tenaga administratoris professional dalam rangka mengimplementasikan pelayanan pendidikan secara prima.
Sektor jasa dalam bidang penyelenggaraan pendidikan tinggi khususnya Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di Kota Bandung berada pada tingkat persaingan yang cukup ketat. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di Kota Bandung harus melakukan langkah antisipasi guna menghadapi persaingan yang semakin kompetitif serta bertanggung jawab untuk menggali dan meningkatkan segala aspek pelayanan yang dimiliki. Keberhasilan perguruan tinggi sangat ditentukan oleh mutu pelayanan yang diberikan, dimana pelayanan yang bermutu dapat diidentifikasi melalui kepuasan pelanggan, dalam hal ini adalah mahasiswa. Cravens (Handayani, dkk., 2003) yang dikutip oleh Srinadi & Nilakusmawati (2008: 218) menyatakan bahwa “untuk mencapai tingkat kepuasan yang tinggi, diperlukan adanya pemahaman tentang apa yang diinginkan oleh konsumen, dengan mengembangkan komitmen setiap orang yang ada dalam lembaga untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Pelayanan Administrasi akademik merupakan salah satu pelayanan yang diberikan oleh pihak Perguruan Tinggi untuk mahasiswa. Tenaga administrasi akademik merupakan tenaga kependidikan yang berdiri paling depan dalam pelayanan kepada mahasiswa dan dosen serta masyarakat lainnya. Menurut Alma (2005: 38) mengatakan bahwa “tenaga administrasi sebenarnya merupakan trade mark dari perguruan tinggi itu sendiri. Lancar dan tidaknya, ramah dan tidaknya tenaga administrasi dalam memberikan pelayanan kepada mahasiswa atau masyarakat, akan memberikan kesan yang mendalam bagi yang menerima pelayanan”.
Kualitas layanan (service quality) dari tenaga administrasi akan sangat mempengaruhi kepuasan dari mahasiswa. Layanan yang baik akan meningkatkan kepuasan dan mempengaruhi tingkat competitive advantage perguruan tinggi untuk dapat memenangkan persaingan. Adalah sebuah keharusan bagi pelaku industri jasa perguruan tinggi untuk dapat menjamin service quality yang baik dalam persaingan dengan penyedia jasa lainnya (Yap and Sweeney, 2007).
Dalam rangka meningkatkan layanan administrasi akademik maka diperlukan peningkatan kinerja dari tenaga administrasi akademik tersebut, menurut Simamora (Mangkunegara, 2010: 14) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja (performance) yaitu:1) Faktor individual : kemampuan dan keahlian, latar belakang, dan demografi. 2) Faktor psikologis : persepsi, attitude, personality, pembelajaran, dan motivasi. 3) Faktor organisasi : sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur, dan job design
Berdasarkan hal tersebut, aspek-aspek yang mempengaruhi kinerja karyawan dalam penelitian ini dilihat dari kepemimpinan sebagai faktor organisasi, motivasi sebagai faktor psikologi, dan pelatihan sebagai faktor individu. Dengan adanya kepemimpinan yang transformasional, motivasi, dan pelatihan, maka diharapkan akan menghasilkan tenaga administrasi akademik yang berkualitas dan mampu memberikan kinerja yang terbaik, sehingga perguruan tinggi khususnya STIE di Kota Bandung memiliki tenaga administrasi akademik yang memiliki kompetensi untuk bersaing dan dapat memberikan pelayanan administrasi akademik yang  sesuai dengan harapan mahasiswa.

TINJAUAN PUSTAKA


1.        Kinerja Karyawan
Kinerja merupakan suatu yang di nilai dari apa yang dilakukan oleh seorang karyawan. Dalam kerjanya dengan kata lain, kinerja individu adalah bagaimana seorang karyawan melaksanakan pekerjaannya atau untuk kerjanya. Kinerja karyawan yang meningkat akan turut mempengaruhi atau meningkatkan prestasi organisasi sehingga tujuan organisasi yang telah ditentukan dapat dicapai. Mangkunegara (2010:9) menyatakan bahwa “Kinerja kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” Dan menurut Hasibuan (2007: 105) “Kinerja kerja adalah suatu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya”.
Berbicara masalah pelayanan administrasi akademik maka tentu tidak akan terlepas dari berbicara tentang pelayanan publik, karena pelayanan administrasi akademik juga menyangkut pelayanan publik dalam bidang yang sifatnya khusus. Menurut Moenir pelayanan publik adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan factor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya (1995: 26). Miftah Toha memberikan definisi pelayanan publik adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang atau institusi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Dari definisi tersebut maka dapat ditarik benang merah pengertian pelayanan  publik yaitu suatu usaha yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang atau institusi tertentu untuk memberikan kemudahan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Pelayanan administrasi akademik adalah pelayanan yang berkaitan dengan pengadministrasian kegiatan pendidikan di perguruan tinggi. 
Berdasarkan pengertian tersebut maka  pelayanan administrasi akademik  dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh perguruan tinggi untuk memberikan kemudahan pada pemenuhan kebutuhan mahasiswa dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan administrasi akademik meliputi penyediaan sarana, penyediaan pedoman dan prosedur layanan, registrasi dan herregistras, layanan Kartu Rencana Studi (KRS) Mahasiswa, layanan perkuliahan, administrasi evaluasi perkuliahan, serta layanan administrasi akademik lainnya yang menjadi bagian dari layanan administrasi akademik unit kerjanya.
Menurut Hamzah B Uno (2001) yang dikutip oleh Dartu (2007: 45-46) menyebutkan beberapa dimensi kinerja seseorang adalah ‘(1) kualitas kerja (2) kecepatan dan ketepatan kerja (3) inisiatif dalam kerja (4) kemampuan dalam kerja, dan (5) kemampuan mengkombinasikan pekerjaan’. Melalui dimensi-dimensi inilah kinerja akan mudah dinilai.
Berkaitan dengan kinerja karyawan administrasi akademik, maka kinerja dalam penelitian ini merupakan keterpaduan dari dimensi kinerja di atas yang akan terrefleksikan sebagai kualitas layanan (Service Quality) yang diberikan karyawan administrasi akademik kepada mahasiswa. Adapun lima dimensi penentu Sevice Quality (SERVQUAL) adalah (1) aspek tampilan fisik (tangibles), (2) aspek keterhandalan (reliability), (3) aspek daya tanggap (responsiveness), (4) aspek kemampuan dalam memberikan jaminan (assurance), dan (5) aspek kemampuan memberikan perhatian personal (empathy).

2.        Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional menunjuk pada proses membangun komitmen terhadap sasaran organisasi dan memberi kepercayaan kepada para pengikut untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut. Teori transformasional mempelajari juga bagaimana para pemimpin mengubah budaya dan struktur organisasi agar lebih konsisten dengan strategi-strategi manajemen untuk mencapai sasaran organisasional. James MacGregor Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus mengakui (Venkat R. Krishnan dan Ekkirala S. Srinivas, 1998: 4).
Lebih lanjut, Bernard M. Bass dan Bruce J. Avolio mengemukakan bahwa kepemimpinan, transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai the Four I’s.
a. Dimensi yang petama disebut idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi pertama ini digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya.
b. Dimensi yang kedua yaitu sebagai inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini pemimpin transformational digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstasikan komitmennya, terhadap seluruh tujua organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi mellaui penumbuhan antusiasme dan optimisme.
c. Dimensi yang ketiga disebut intelectual stimulation ( stimulasi intelektual). Pemimpin transformasi harus mampu menumbuhkan ide-ide baru memberi solusi yang kreatif yterhadap permasalahan yang dihadapi bawahannya, dan memberikan motivasi kepada bawahan yuntuk mencari pendekatan-pendekatan baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.
d. Dimensi yang terakhir yalam menguraikan karakteristik pemimpin disebut individualized consideration (konsiderasi individu). Dalam dimensi ini pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan dari bahwahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan dan secara khusus. (Jan Stewart, 2006: 12)

3.        Pelatihan

Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktek dari pada teori. pelatihan dalam hal ini adalah proses pendidikan yang di dalamnya ada proses pembelajaran dilaksanakan dalam jangka pendek, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga mampu meningkatkan kompetensi individu untuk menghadapi pekerjaan di dalam organisasi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.  Dengan demikian dapat simpulkan bahwa “pelatihan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan kinerja mendatang” (Veithzal Rifai: 2004:226).
Memperhatikan pengertian tersebut, ternyata tujuan pelatihan tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap saja, akan tetapi juga untuk mengembangkan bakat seseorang, sehingga dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, kesempatan harus diberikan kepada karyawan memungkinkan pengembangan potensinya secara penuh pada situasi pekerjaannya.
Penelitian ini menghendaki tentang pelatihan dalam tataran konkret, yaitu pembahasan yang bersifat menyeluruh. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada Penerapan pelatihan, yaitu Penerapan pelatihan yang  sudah diterima oleh para karyawan administrasi akademik STIE di kota Bandung. Penerapan pelatihan diarahkan pada dampak pelatihan yang telah diikuti oleh karyawan administrasi akademik. Sehingga dalam penelitian ini akan diketahui adanya pengaruh pelatihan terhadap peningkatan kinerja administrasi akademik dalam pelayanan secara nyata.
Apabila ditinjau dari segi evaluasinya pelatihan akan memiliki keberartian yang lebih mendalam. Evaluasi ini akan memperlihatkan tingkat keberhasilan atau kegagalan suatu program. Beberapa kriteria yang digunakan dalam evalusi pelatihan akan berfokus pada outcome (hasil akhir). Seperti yang dikemukakan Goldtien dan Buxton yang dikutip Mangkunegara (2010: 59) bahwa ada empat kriteria yang dapat digunakan sebagai indikator dari ukuran kesuksesan pelatihan, yaitu: Kriteria Reaksi, Kriteria Pembelajaran, Kriteria Perilaku, Kriteria Hasil.

4.        Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan (Mangkunegara, 2010: 61). Sedangkan menurut Danim (2010: 116) dalam bukunya yang berjudul kepemimpinan pendidikan menyatakan bahwa motivasi merupakan dorongan pemimpin, termasuk kepala sekolah, untuk bertindak dengan cara tertentu. Motivasi pada dasarnya merupakan kondisi mental yang mendorong pemimpin melakukan sesuatu tindakan atau aktivitas (action or activities) dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian pemenuhan keinginan, kebutuhan, memberi kepuasan, ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Dengan demikian motivasi adalah energi atau kekuatan potensial yang ada pada diri setiap manusia/karyawan yang dapat dikembangkan baik oleh diri sendiri ataupun oleh lingkungan luar/organisasi untuk mencapai tujuan pribadi/organisasi.
Meningkatnya intensitas persaingan antar penyedia jasa pendidikan tinggi mengakibatkan masing-masing penyedia jasa pendidikan tinggi khususnya Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di Kota Bandung akan berusaha menawarkan jasa pendidikan tinggi yang berkinerja tinggi. Peran para pemimpin STIE di Kota Bandung khususnya Wakil Ketua Bidang Akademik dan Kemahasiswaan untuk meningkatkan motivasi kerja para karyawan administrasi akademik adalah sesuatu yang sangat esensial dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Robbins (2003) mendefinisikan motivasi sebagai kesediaan untuk melakukan upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individu.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan Maslow’s Need Hierarchy Theory sebagai indikator variabel motivasi. Teori ini merupakan teori dasar yang mewakili kebutuhan-kebutuhan manusia. Setiap organisasi dalam hal ini STIE di Kota Bandung selalu berupaya dalam mencapai tujuan. Ini dilakukan agar kelangsungan hidup organisasi tetap terjaga dalam menjaga kualitas pelayanan administrasi akademik. Teori ini dikemukakan oleh Abraham H. Maslow yang menyatakan bahwa manusia dimotivasi untuk memuaskan sejumlah kebutuhan yang melekat pada diri setiap manusia yang cenderung bersifat bawaan. Kebutuhan ini terdiri dari lima jenis dan terbentuk dalam suatu hirarkhi dalam pemenuhannya (hierarchy of needs) seperti kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan pengakuan (esteem needs), kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs).





  
HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1.    Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan administrasi akademik di STIE se-Kota Bandung.
2.    Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel pelatihan terhadap kinerja karyawan administrasi akademik di STIE se-Kota Bandung.
3.    Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel motivasi terhadap kinerja karyawan administrasi akademik di STIE se-Kota Bandung.
4.    Terdapat pengaruh yang signifikan dari kepemimpinan transformasional pimpinan Perguruan Tinggi, variabel pelatihan, dan variabel motivasi secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan administrasi akademik di STIE se-Kota Bandung.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah  metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan. Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Se-Kota Bandung yang termasuk ke dalam KOPERTIS Wilayah IV Jawa Barat & Banten yaitu STIE Tridharma, STIE INABA, STIE EKUITAS, STIE STEMBI, STIE PASUNDAN, STIE Pariwisata YAPARI, STIE Muhammadiyah, STIE STAN IM, STIE Dharma Agung, STIE Dharma Negara, STIE Kridatama, dan STIE Harapan Bangsa.
Populasi dalam penelitian ini meliputi dua kelompok yaitu karyawan dan mahasiswa. Populasi dari karyawan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan/tenaga administrasi akademik dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di Kota Bandung sebanyak 46 karyawan dan populasi dari mahasiswa dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2008 dan 2009 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di Kota Bandung dan sudah pernah atau sedang mendapatkan pelayanan administrasi akademik sebanyak 2674 mahasiswa.
Teknik pengambilan sampel untuk kelompok karyawan dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling, yaitu seluruh populasi digunakan sebagai sampel, jadi jumlah sampel yang digunakan sebanyak 46 karyawan/tenaga administrasi akademik. Hal tersebut mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa: “Apabila subyeknya kurang dari 100, diambil semua sekaligus sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika jumlah subyek besar maka diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih”. Sedangkan teknik pengambilan sampel untuk mahasiswa dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel secara acak (Random Sampling) menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin dalam Riduwan (2010:65) sebanyak 96 mahasiswa.



TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk mendapatkan data yang lengkap, dalam penelitian ini peneliti menggunakan studi kepustakaan dan studi lapangan.
1.        Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk memperoleh informasi dari penelitian terdahulu yang harus dikerjakan, tanpa memperdulikan apakah sebuah penelitian menggunakan data primer atau data sekunder, apakah penelitian tersebut menggunakan penelitian lapangan ataupun laboratorium atau didalam museum. Menurut M. Nazir (2003) mengemukakan bahwa “Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.”
2.        Studi Lapangan
Untuk memperoleh data primer dalam penelitian ini, penulis mengajukan pertanyaan yang berbentuk angket tertututp dan dilengkapi dengan instrument jawaban. Dengan skala Likert penulis berharap dapat memperoleh gambaran tentang kepemimpinan, pelatihan, motivasi, dan kinerja karyawan administrasi akademik dalam pelayanan pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Se-Kota Bandung.

TEKNIK ANALISIS DATA

Penelitian ini menggunakan dua jenis analisis, yaitu: (1) analisis deskriptif, khususnya bagi variabel yang bersifat kualitatif dan (2) analisis inferensial berupa pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik bagi data yang bersifat kuantitatif berupa uji persyaratan analisis, uji korelasi dan uji analisis regresi. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat faktor penyebab sedangkan analisis inferensial menitikberatkan pada pengungkapan perilaku veriabel yang diteliti. Dengan menggunakan kombinasi kedua metode analisis tersebut dapat diperoleh generalisasi yang bersifat komperhensif.
1.        Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Analisis deskriptif dilakukan bagi variabel yang bersifat kualitatif. Analisis ini digunakan dalam rangka mendeskripsikan data variabel penelitian menurut ukuran statistic deskriptif. Analisis data deskriptif dilakukan dengan mengunakan teknik Weighted Means Scored (WMS). Teknik perhitungan ini digunakan untuk mencari gambaran umum responden sekaligus untuk menentukan kedudukan setiap item atau indikator, maka digunakan uji statistik yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu dengan menggunakan rumus Weighted Means Scored (WMS) sebagai berikut:
                               =
Keterangan:
 = Jumlah rata-rata yang dicari
X    = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban yang dikali bobot nilai untuk setiap alternatif/kategori)
N   = Jumlah responden
2.        Analisis Inferensial
a.         Uji Persyaratan Analisis
Ini dimaksudkan untuk dapat memenuhi beberapa unsur akurasi daya penduga parameter yang tidak bias, untuk melihat tingkat ketelitian yang akan mencerminkan tingkat efisien hasil analisis dan keajegan (konsisten) hasil yang diperoleh sehingga persamaan regresi yang dihasilkan benar-benar dapat dipercaya untuk memprediksi. Penelitian ini menggunakan uji korelasi dan regresi, sehingga uji persyaratan analisis yang dilakukan hanya uji normalitas dan linieritas.
1)        Uji Normalitas
Uji asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan One-sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan pedoman pengambilan keputusan nilai signifikan lebih besar 0,05 untuk berdistribusi normal. Uji Normalitas ini menggunakan bantuan program SPSS for windows 19.00. Dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas

No
Variabel
Signifikan Variabel
Keterangan
1
Kepemimpinan (X1)
0.696
Normal
2
Pelatihan (X2)
0.481
Normal
3
Motivasi (X3)
0.150
Normal
4
Kinerja Karyawan (Y)
0,635
Normal

2)        Uji Linieritas
Uji linieritas merupakan langkah untuk mengetahui status linier tidaknya suatu distribusi sebuah data penelitian. Hasil yang diperoleh melalui uji linieritas akan menentukan teknik analisis regresi yang akan digunakan. Jika hasil uji linieritas merupakan data yang linier maka digunakan analisis regresi linier. Sebaliknya jika hasil uji linieritas merupakan data yang tidak linier maka analisis regresi yang digunakan nonlinier. Dasar pengambilan keputusan dari uji ini dapat dilihat dari nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi > 0,05 dapat disimpulkan bahwa hubungannya bersifat linier. Uji linieritas ini menggunakan bantuan program SPSS for windows 19.00. Dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 3.21
Uji Linieritas Data Variabel

No
Variabel
Nilai F
Signifikan
Keterangan
1
Kepemimpinan (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y)
0,976
0,581
Linier
2
Pelatihan (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y)
1,755
0,175
Linier
3
Motivasi (X3) terhadap Kinerja Karyawan (Y)
1,853
0,293
Linier

b.        Uji Korelasi
Koefisien korelasi antar variabel dihitung berdasarkan rumus Korelasi Pearson Product Moment (PPM) di bawah ini.
Rounded Rectangle:
 






Keterangan :
r           = Koefisien korelasi
N         = Banyaknya responden
X         = Skor total pertanyaan responden variabel X
Y         = Skor total pertanyaan responden variabel Y
∑ X     = Jumlah skor dalam variabel X
∑ Y     = Jumlah skor dalam variabel Y
∑ X2     = Jumlah kuadrat msing-masing variabel X
∑Y2       = Jumlah kuadrat masing-masing variabel Y
Pengujian materi lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna hubungan variabel X1 terhadap Y, X2 terhadap Y, X3 terhadap Y, X1 terhadap X2, X1 terhadap X3, dan X2 terhadap X3. Uji Signifikansi dilakukan dengan membandingkan harga r hitung dengan harga r tabel (tabel r product Moment), dengan taraf kesalahan yang sudah ditentukan oleh peneliti yaitu 5% (taraf kepercayaan 95%). Dalam penelitian ini didapat besarnya N=41, maka harga r tabel = 0,308. Sehingga apabila harga r hitung > harga r tabel, maka hubungan antar variabel tersebut dikatakan signifikan. (Sugiyono, 2011: 230)
Berdasarkan koefisien korelasi yang diperoleh maka dapat diinterpretasikan seberapa besar hubungan masing-masing variabel secara kualitatif (kuat-lemah), berapa besar kontribusi suatu variabel independen terhadap variabel dependen dan signifikansi suatu hubungan antara variabel yang satu terhadap yang lain. Uji korelasi memakai analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) dengan bantuan software program SPSS for windows 19.00 melalui metode Pearson Correlation.
Korelasi Pearson Product Moment (PPM) dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 < r < +1). Apabila r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r.
                                                          Tabel 3          
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2011: 231)
1.1    Uji Regresi
Analisis regresi merupakan salah satu analisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam analisis regresi, variabel yang mempengaruhi disebut Independent Variable (variabel bebas) dan variabel yang dipengaruhi disebut Dependent Variable (variabel terikat). Jika dalam persamaan regresi hanya terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat, maka disebut sebagai persamaan regresi sederhana, sedangkan jika variabel bebasnya lebih dari satu, maka disebut sebagai persamaan regresi berganda.
Dalam penelitian ini, analisi regresi yang digunakan yaitu regresi sederhana dan ganda. Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Adapun persamaan umum regresi linier sederhana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009: 270) sebagai berikut:
Y’= a + bX
Keterangan:
Y’  =  Subjek dalam variabel independen yang diprediksi.
a    =  Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b   =  Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.
X    =  Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Sedangkan untuk analisi regresi ganda. Menurut Akdon (2008: 205) menyatakan bahwa:
Analisis regresi ganda adalah suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih (X1), (X2), (X3)………(Xn) dengan satu variabel terikat.

Adapun persamaan regresi ganda dalam penelitian ini adalah:
Ŷ=a+b1X1+b2X2+b3X3
Keterangan:
Ŷ = Nilai yang diprediksi
a  = Konstanta
b1 = Koefisien regresi independen 1
b2 = Koefisien regresi independen 2
b3 = Koefisien regresi independen 3
X1 = nilai variabel independen 1
X2 = nilai variabel independen 2
X3 = nilai variabel independen 3
       Untuk menghitung persamaan regresinya, penulis dibantu oleh aplikasi software program SPSS for windows 19.00. Setelah diketahui koefisien regresi tiap variabel, maka langkah selanjutnya adalah uji signifikansi koefisien regresi dengan menggunakan rumus:
             Uji signifikan regresi sederhana

Dan
                    Uji Signifikan regresi ganda

Dengan kaidah pengujian signifikansi:
Jika: Fhitung ≥ Ftabel, maka tolak Ho artinya signifikan. Dan
         Fhitung ≤ Ftabel, maka tolak Ho artinya tidak signifikan.
(Sugiyono, 2009: 286)
Keterangan:
n  = Jumlah responden
m = Jumlah variabel bebas
Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan/pengaruh variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan (Akdon, 2008: 188) sebagai berikut:
KP       =         
Dimana:
KP  = Koefisien Determinan
r     = Nilai koefisien Korelasi
Dan untuk memberikan interprestasi tinggi rendahnya pengaruh dalam penelitian ini, digunakan kriteria penafsiran dari Guilfor (Supranto, 2007: 227) yang dikutip oleh Virliant (2012: 83) seperti pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4
Kriteria Penafsiran Tinggi Rendahnya Pengaruh
Interval Koefisien
Keterangan
≤ 4%
5% – 16%
17% – 49%
50% – 81%
≥ 82%
Rendah Sekali
Rendah tapi Pasti
Cukup Berarti
Tinggi atau Kuat
Tinggi Sekali
Sumber: Guilfor dalam Supranto (2007: 227)





HASIL DAN ANALISIS

1.        Analisis Data Deskriptif
Kepemimpinan Transformasional (X1)
Setelah didapatkan hasil perhitungan dan dikonsultasikan dengan kriteria yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Kepemimpinan) secara keseluruhan mempunyai skor rata-rata sebanyak 3,96 atau sebesar 79,35% dari skor ideal yang artinya secara keseluruhan kepemimpinan transformasional yang dimiliki pimpinan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di Kota Bandung berkriteria Baik.
Pelatihan (X2)
Setelah didapatkan hasil perhitungan dan dikonsultasikan dengan kriteria yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel X2 (Pelatihan) secara keseluruhan mempunyai skor rata-rata sebanyak 3,91 atau sebesar 78,49% dari skor ideal yang artinya Pelatihan yang diberikan kepada karyawan bagian administrasi akademik Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di Kota Bandung berkriteria Baik.
Motivasi (X3)
Setelah didapatkan hasil perhitungan dan dikonsultasikan dengan kriteria yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel X3 (Motivasi) secara keseluruhan mempunyai skor rata-rata sebanyak 3,23 atau sebesar 66,08% dari skor ideal yang artinya motivasi yang diberikan kepada karyawan bagian administrasi akademik Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di Kota Bandung berkriteria Baik.
Kinerja Karyawan (Y)
Setelah didapatkan hasil perhitungan dan dikonsultasikan dengan kriteria yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel Y (Kinerja Karyawan) secara keseluruhan mempunyai skor rata-rata sebanyak 4,02 atau sebesar 77,51% dari skor ideal yang artinya karyawan bagian administrasi akademik Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di Kota Bandung sudah memberikan kinerja dalam pelayanan dengan Sangat Baik.
Kinerja Karyawan (Menurut Penilaian Mahasiswa)
Setelah didapatkan hasil perhitungan dan dikonsultasikan dengan kriteria yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa Kinerja Karyawan menurut penilian mahasiswa secara keseluruhan mempunyai skor rata-rata sebanyak 3,54 atau sebesar 69,02% dari skor ideal yang artinya kinerja karyawan dalam memberikan palayanan administrasi akademik Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di Kota Bandung menurut penilaian mahasiswa berkriteria Baik.

2.        Uji Hipotesis
a.         Analisis Korelasi
Untuk mengetahui hubungan terhadap masing-masing variabel digunakan analisis korelasi. Hasil Uji korelasi memakai analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) dengan bantuan software program SPSS for windows 19.00 melalui metode Pearson Correlation, dan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5
Hasil Uji Korelasi variabel X1, X2, X3, dan Y
Correlations


Kepemimpinan Transformasional
Pelatihan
Motivasi
Kinerja Karyawan
Kepemimpinan Transformasional
Pearson Correlation
1
.266
.571**
.276
Sig. (2-tailed)

.093
.000
.080
N
41
41
41
41
Pelatihan
Pearson Correlation
.266
1
.330*
.400**
Sig. (2-tailed)
.093

.035
.010
N
41
41
41
41
Motivasi
Pearson Correlation
.571**
.330*
1
.421**
Sig. (2-tailed)
.000
.035

.006
N
41
41
41
41
Kinerja Karyawan
Pearson Correlation
.276
.400**
.421**
1
Sig. (2-tailed)
.080
.010
.006

N
41
41
41
41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

1.        Korelasi antara Kepemimpinan Transformasional (X1) dan Kinerja Karyawan (Y)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel kepemimpinan transformasional dan kinerja karyawan sebesar 0,276. Korelasi sebesar 0,276 mempunyai maksud hubungan antara variabel kepemimpinan transformsional dan kinerja karyawan rendah dan searah (karena hasilnya positif). Searah artinya jika kepemimpinan transformasional diterapkan oleh pimpinan STIE se-Kota Bandung maka kinerja karyawan bagian administrasi akademik dalam memberikan pelayanan akan meningkat. Namun korelasi kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang tidak signifikan, karena harga r hitung (0,276) < harga r tabel (0,308).
2.        Korelasi antara Pelatihan (X2) dan Kinerja Karyawan (Y)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel pelatihan dan kinerja karyawan sebesar 0,400. Korelasi sebesar 0,400 mempunyai maksud hubungan antara variabel pelatihan dan kinerja karyawan sedang dan searah (karena hasilnya positif). Searah artinya jika pelatihan kerja karyawan adminiatrasi akademik di STIE se-Kota Bandung ditingkatkan maka kinerja karyawan tersebut dalam memberikan pelayanan akan meningkat. Korelasi kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang signifikan, karena harga r hitung (0,400) > harga r tabel (0,308).
3.        Korelasi antara Motivasi (X3) dan Kinerja Karyawan (Y)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel motivasi dan kinerja karyawan sebesar 0,421. Korelasi sebesar 0,421 mempunyai maksud hubungan antara variabel pelatihan dan kinerja karyawan sedang dan searah (karena hasilnya positif). Searah artinya jika motivasi kerja karyawan adminiatrasi akademik di STIE se-Kota Bandung ditingkatkan maka kinerja karyawan dalam memberikan pelayanan akan meningkat. Korelasi kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang signifikan, karena harga r hitung (0,421) > harga r tabel (0,308).
4.        Korelasi antara Kepemimpinan Transformasional (X1) dan Pelatihan (X2)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel pelatihan dan motivasi sebesar 0,266. Korelasi sebesar 0,266 mempunyai maksud hubungan antara variabel kepemimpinan transformasional dan pelatihan rendah dan searah (karena hasilnya positif). Searah artinya jika kepemimpinan transformasional diterapkan oleh pimpinan STIE di Kota Bandung maka pemberian pelatihan untuk kinerja karyawan bagian administrasi akademik akan meningkat. Korelasi kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang tidak signifikan, karena harga r hitung (0,266) < harga r tabel (0,308).
5.        Korelasi antara Kepemimpinan Transformasional (X1) dan Motivasi (X3)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel kepemimpinan dan motivasi sebesar 0,571. Korelasi sebesar 0,571 mempunyai maksud hubungan antara variabel pelatihan dan kinerja karyawan sedang dan searah (karena hasilnya positif). Searah artinya jika kepemimpinan transformasional diterapkan oleh pimpinan STIE se-Kota Bandung maka motivasi karyawan bagian administrasi akademik akan meningkat. Korelasi kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang signifikan, karena harga r hitung (0,571) > harga r tabel (0,308).
6.        Korelasi antara Pelatihan (X2) dan Motivasi (X3)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel pelatihan dan motivasi sebesar 0,330. Korelasi sebesar 0,330 mempunyai maksud hubungan antara variabel pelatihan dan kinerja karyawan rendah dan searah (karena hasilnya positif). Searah artinya jika pelatihan kerja karyawan adminiatrasi akademik di STIE se-Kota Bandung ditingkatkan maka motivasi karyawan akan meningkat. Korelasi kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang signifikan, karena harga r hitung (0,330) > harga r tabel (0,308).
b.        Analisis Regresi
Analisis regresi merupakan salah satu analisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam analisis regresi, variabel yang mempengaruhi disebut Independent Variable (variabel bebas) dan variabel yang dipengaruhi disebut Dependent Variable (variabel terikat). Berdasarkan uraian mengenai pengujian hipotesis sebagaimana dipaparkan di atas dapat dirangkum pada tabel berikut ini:
 Tabel 6
Rangkuman Hasil Uji Hipotesis
Pengaruh Antar Variabel
Koefisien (r/R)
Nilai Sig.
Nilai Fh
Nilai Ft
Hasil Pengujian
Koefisien Determinan
Koefisien Variabel
X1 terhadap Y
0,276
0,080
3,227
4,08
Tidak Signifikan
7,6%
-
X2 terhadap Y
0,400
0,010
7,421
4,08
Signifikan
16%
-
X3 terhadap Y
0,421
0,006
8,417
4,08
Signifikan
17,8%
-
X1, X2, dan X3 terhadap Y
0,504
0,012
4,202
2,85
Signifikan
25,4%
74,6%

Berdasarkan tabel di atas, kepemimpinan transformasional tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan administrasi akademik dalam pelayanan di STIE di Kota Bandung. Dari dua variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja karyawan, variabel motivasi memberikan pengaruh yang paling besar yaitu 17,8% dibandingkan variabel pelatihan sebesar 16%. Namun secara bersama-sama variabel kepemimpinan, pelatihan, dan motivasi memberikan pengaruh yang signifikan sebesar 25,4% terhadap kinerja karyawan administrasi akademik dalam pelayanan di STIE se-Kota Bandung, dan sisanya sebesar 74,6% kinerja karyawan dalam pelayanan dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Rangkuman tersebut juga dapat dilihat pada gambar 4.6 di bawah ini:
 








Gambar 4.6
Pengaruh variabel Kepemimpinan (X1), variabel Pelatihan (X2), dan variabel Motivasi (X3) terhadap variabel Kinerja Karyawan (Y)



PEMBAHASAN

1.        Pengaruh Kepemimpinan Transformasional (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y)
Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa variabel kepemimpinan memberikan pengaruh sebesar 7,6% terhadap kinerja karyawan dalam pelayanan administrasi akademik namun secara statistik terbukti tidak signifikan karena Fhitung ≤ Ftabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan dalam pelayanan administrasi akademik di STIE se-Kota Bandung.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan administrasi akademik di STIE se-Kota Bandung terjadi secara tidak langsung melalui variabel lainnya. Pada dasarnya ciri dari pemimpin yang transformasional adalah pemimpin yang menunjuk pada proses membangun komitmen terhadap sasaran organisasi dan memberi kepercayaan kepada para pengikut untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut.
2.        Pengaruh Pelatihan (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y)
Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi besarnya pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan dalam pelayanan administrasi akademik adalah sebesar 16% dan secara statistik terbukti signifikan karena Fhitung ≥ Ftabel. Hal ini berarti pelatihan memberikan pengaruh yang rendah tapi pasti terhadap kinerja karyawan. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan variabel yang ikut berpengaruh terhadap kinerja karyawan dalam pelayanan administrasi akademik walaupun pengaruhnya masih rendah.
Ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan A. Usmara (2006: 72-74) yang menyatakan bahwa tujuan organisasi melaksanakan program pelatihan adalah “untuk mengembangkan keterampilan dan kompetesi karyawan, membantu orgaisasi untuk bersaing secara efektif, dan memperkuat komitmen karyawan.” Pengembangan keterampilan dan kompetensi itulah yang dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan.
3.        Pengaruh Motivasi (X3) terhadap Kinerja Karyawan (Y)
Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa variabel motivasi memberikan pengaruh sebesar 17,8% dan secara statistik terbukti signifikan karena Fhitung ≥ Ftabel. Hal ini berarti pengaruh yang diberikan oleh variabel motivasi kepada variabel kinerja karyawan dalam memberikan pelayanan administrasi akademik di STIE se-Kota Bandung cukup berarti.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Abraham Maslow bahwa, “Pada dasarnya karyawan bekerja untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.” Kebutuhan-kebutuhan tersebut bersifat hierarkis, yaitu suatu kebutuhan akan timbul apabila kebutuhan dasar sebelumnya telah dipenuhi. Setelah kebutuhan fisiologis seperti pakaian, makanan dan perumahan terpenuhi, maka kebutuhan tersebut akan digantikan dengan kebutuhan rasa aman dan seterusnya. Sehingga tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda-beda dalam bekerja. Seseorang yang kebutuhan hanya sekedar makan, maka pekerjaan apapun akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
4.        Pengaruh Kepemimpinan Transformasional (X1), Pelatihan (X2), dan Motivasi (X3) bersama-sam terhadap Kinerja Karyawan (Y)
Berdasarkan hasil analisis regresi ganda diketahui bahwa pengaruh variabel kepemimpinan transformasional (X1), pelatihan (X2), dan motivasi (X3) terhadap kinerja karyawan (Y) adalah sebesar 25,4%. Adapun sisanya sebesar 74,6% dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain variabilitas kinerja karyawan administrasi akademik di STIE se-Kota Bandung yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel kepemimpinan transformasional, pelatihan dan motivasi sebesar 25,4%, sedangkan pengaruh 74,6% disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini seperti kompensasi, budaya, iklim dan kebijakan organisasi.
Kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin dengan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang memiliki visi ke depan dan mampu mengidentifikasi perubahan lingkungan serta mampu mentransformasi perubahan tersebut ke dalam organisasi, memelopori perubahan dan memberikan motivasi dan inspirasi kepada individu-individu karyawan untuk kreatif dan inovatif, serta membangun team work yang solid, membawa pembaharuan dalam etos kerja kinerja manajemen, berani dan bertanggung jawab memimpin dan mengendalikan organisasi.
Di era persaingan yang semakin ketat seperti sekarang ini organisasi tidak lagi statis tetapi lebih dinamis mengikuti perubahan lingkungan yang semakin cepat. Program pelatihan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam program pengembangan karyawan. Pelatihan menjadi dasar pengembangan karyawan kedepanya. Secara definisi pelatihan adalah proses mengajar keterampilan yang dibutuhkan karyawan baru dan lama untuk melakukan pekerjaanya (Gary Dessler, 2006: 280). Pendapat Dessler ini bisa menjadi pijakan kita untuk memahami pelatihan. Bahwa memang benar pelatihan disini bukan hanya program untuk karyawan baru tetapi juga untuk karyawan lama sebagai cara untuk ”update” keterampilan agar semakin optimal dalam pekerjaanya.
Kinerja tidaklah mungkin mencapai hasil yang maksimal apabila tidak ada motivasi, karena motivasi merupakan suatu kebutuhan di dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi. motivasi merupakan energi untuk membangkitkan dorongan dari dalam diri pegawai yang berpengaruh, membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku berdasarkan lingkungan kerja. Jadi motivasi adalah dorongan dari diri pegawai untuk memenuhi kebutuhan yang berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai rasa puas, kemudian diimplimentasikan kepada orang lain untuk memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat dalam hal ini mahasiswa.


KETERBATASAN PENELITIAN


Dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu :
1. Keterbatasan dalam mengambil sampel penelitian, yaitu terbatas pada karyawan Administrasi Akademik di STIE se-Kota Bandung, sehingga hasilnya kurang bisa digeneralisasikan untuk karyawan administrasi akademik secara umum.
2. Keterbatasan pada metode survei bahwa peneliti tidak dapat mengontrol dan memantau jawaban responden, sehingga responden tidak dapat bertanya apabila ada pernyataan yang kurang jelas, jadi ada kemungkinan responden menjawab sesuai dengan pemahamannya.
3. Pendekatan gaya kepemimpinan dan teori motivasi yang di teliti dalam penelitian ini terbatas pada gaya kepemimpinan transformasional dan teori motivasi dari maslow, sehingga temuan yang diperoleh kemungkinan akan berbeda apabila diterapkan pada gaya kepemimpinan dan teori motivasi yang lain.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan
Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data dari penelitian yang berjudul ”Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Pimpinan, Pelatihan, dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan Administrasi Akademik di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) se-Kota Bandung”, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.        Gambaran umum rata-rata jawaban responden tentang kepemimpinan transformasional pimpinan ada dalam kategori baik, artinya secara keseluruhan pimpinan STIE se-Kota Bandung telah menerapkan 4 aspek dari kepemimpinan transformasional mulai dari (1) Idealized Influence (Pengaruh Idealis/Kharisma), (2) Inspirational Motivation (Motivasi Inspirational), (3) Intelectual Stimulation (Simulasi Intelektual), dan (4) Individualized Consideration (Perhatian secara Individual).
2.        Gambaran umum rata-rata jawaban responden tentang pelatihan ada dalam kategori baik, Hal ini dapat dikatakan bahwa pelatihan yang pernah diberikan kepada karyawan administrasi akademik di STIE se-Kota Bandung sudah baik, mulai dari (1) dimensi reaksi, (2) dimensi pembelajaran, (3) dimensi perilaku, dan (4) dimensi hasil.
3.        Gambaran umum rata-rata jawaban responden tentang motivasi ada dalam kategori baik, artinya karyawan administrasi akademik STIE se-Kota Bandung sudah termotivasi dengan baik, hal ini terlihat dari dimensi yang menjadi alat ukur dari motivasi seperti kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
4.        Gambaran umum rata-rata jawaban responden (karyawan) tentang kinerja karyawan ada dalam kategori sangat baik, artinya kinerja karyawan administrasi akademik STIE se-Kota Bandung menurut karyawan tersebut dalam memberikan pelayanan administrasi akademik kepada mahasiswa sudah sangat baik. hal ini terlihat dari dimensi yang menjadi alat ukur dari kinerja karyawan seperti (1) Dimensi Tangibles (Tampilan Fisik), (2) Dimensi Reliability (Keandalan), (3) Dimensi Responsiveness (Daya Tanggap), (4) Dimensi Assurance (Jaminan), dan (5) Dimensi Emphaty (Empati).
5.        Gambaran umum rata-rata jawaban responden (mahasiswa) tentang kinerja karyawan ada dalam kategori baik, artinya kinerja karyawan administrasi akademik STIE se-Kota Bandung menurut penilaian mahasiswa sudah baik, hal ini terlihat dari dimensi yang menjadi alat ukur dari kinerja karyawan seperti (1) Dimensi Tangibles (Tampilan Fisik), (2) Dimensi Reliability (Keandalan), (3) Dimensi Responsiveness (Daya Tanggap), (4) Dimensi Assurance (Jaminan), dan (5) Dimensi Emphaty (Empati).
6.        Kepemimpinan transformasional tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan administrasi akademik di STIE se-Kota Bandung.
7.        Pelatihan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan administrasi akademik di STIE se-Kota Bandung sebesar 16%.
8.        Motivasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan administrasi akademik di STIE se-Kota Bandung sebesar 17,8%.
9.        Kepemimpinan transformasional pimpinan, pelatihan, dan motivasi secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap kinerja karyawan administrasi akademik di STIE se-Kota Bandung sebesar 25,4% dan sisanya 74,6% dipengaruhi faktor lain di luar penelitian ini.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh kepemimpinan transformasional pimpinan, pelatihan, dan motivasi terhadap kinerja karyawan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan administrasi akademik di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) se-Kota Bandung, maka dapat penulis kemukakan beberapa rekomendasi antara lain:
1.    Peningkatan kapasitas kepemimpinan transformasional dari pimpinan di STIE se-Kota Bandung untuk lebih bisa mendorong terhadap kinerja karyawan dalam pelayanan administrasi akademik secara langsung.
2.    Memberikan pelatihan kepada karyawan bagian administrasi akademik di STIE se-Kota Bandung baik itu on the job atau off the job training yang dapat menciptakan suatu lingkungan di mana para  karyawan dapat memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan, sehingga dapat mendorong atau memotivasi mereka untuk dapat bekerja lebih baik dalam melayani mahasiswa.
3.    Dimensi kebutuhan fisiologis dari variabel motivasi mendapat nilai rata-rata terendah, dengan demikian tentu saja memerlukan perhatian lebih dari para pimpinan STIE se-Kota Bandung. Pimpinan STIE se-Kota Bandung diharapkan bisa memenuhi kebutuhan yang paling mendasar dari karyawan yaitu kebutuhan fisiologis berupa gaji, bonus dan tunjangan yang diterima oleh karyawan perlu ditingkatkan, sehingga karyawan termotivasi untuk meningkatkan pelayanan terhadap mahasiswa.
4.    Dimensi responsiveness dari variabel kinerja karyawan (menurut penilaian mahasiswa) mendapat nilai rata-rata terendah, hal ini tentu saja memerlukan perhatian lebih dari para penyelenggara STIE se-Kota Bandung. Responsiveness (daya tanggap) diperlukan dalam kegiatan layanan administrasi akademik di perguruan tinggi. Layanan administrasi akademik berupa penyediaan pedoman dan prosedur layanan untuk registrasi dan herregistrasi, percetakan kartu rencana studi (KRS) mahasiswa, administrasi evaluasi perkuliahan, pengumuman nilai, serta layanan administrasi akademik lainnya perlu di kerjakan dengan cepat dan tepat serta diinformasikan kepada mahasiswa dengan mudah. Oleh karena itu setiap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di wilayah Kota Bandung diharapkan lebih peka terhadap layanan administrasi akademik yang cepat dan tepat terhadap kebutuhan konsumennya (mahasiswa).
5.    Bagi Peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang kepemimpinan, pelatihan, dan  motivasi terhadap kinerja karyawan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan hendaknya mengkaji kembali secara mendalam mengenai permasalahan keempat variabel tersebut. Kemudian hendaknya peneliti meneliti faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam pelayanan dan mengambil sampel yang lebih besar, sehingga bermanfaat dalam pengembangan disiplin ilmu administrasi pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, H Buchori. (2005). Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Bass, B.M. & Avolio, B.J. (Eds.). (1994). Improving organizational effectiveness through transformational leadership. Thousand Oaks, CA: Sage Publications.

Danim, Sudarwan. (2010). Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos. Bandung: Alfabeta.

Dartu. (2007). Kinerja Pelayanan Koperasi. Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo. No. 69 Tahun XX Maret 2007 [Online]. Tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2069073748.pdf [25 April 2011]

Dessler, Gary. (2006). Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: INDEKS. 


Krishnan, Venkat R. and Ekkirala S. Srinivas. (1998). Transactional and Transformational Leadership An Examination Of Bass’s (1985) Conceptualization In The Indian Context. Paper presented at Asia Academy of Management Meeting. Hong Kong, Xavier Labour Relations Institute, Jamshedpur, India.
Malayu, Hasibuan S.P.(2007). Manajemen Sumber Daya Manusia.  Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Mangkunegara, A P. (2010). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama.

Miftah Thoha. (1991). Beberapa Aspek Kebijakan Birokrasi. Yogyakarta: Media Widya Mandala.

Moenir, A.S. (1995). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumarsono, Sonny. (2004). Metode Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Rivai, Veithzal. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Cetakan Pertama. PT. Raja Grafindo. Jakarta.

Robbins, S.P. (2003). Organizational Behavior : Concept, Controversies, Applications. Prentice-Hall, Inc., a Simon & Schuster Company: New Jersey.

Srinadi, I G.A.M. dan Nilakusmawati, D.P.E. (2009). “Faktor-Faktor Penentu Kepuasan Mahasiswa Terhadap Pelayanan Fakultas Sebagai Lembaga Pendidikan (Studi Kasus di FMIPA, Universitas Udayana)”. Cakrawala Pendidikan, Jurnal Ilmiah Pendidikan, November 2008 Th. XXVII, No. 3

Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Stewart, Jan. (2006). “Transformational Leadership: An Evolving Concept Examined through the Works of Burns, Bass, Avolio, and Leithwood”. Canadian Journal of Educational Administration and Policy. Issue #54, June 26, 2006. © 2006 by CJEAP and the author(s),University of Winnipeg.
Usmara, A. (2006). Praktik Manajemen SDM: Unggul Melalui Orientasi dan Pelatihan Karyawan. Yogyakarta: Santusta.

Virliant, Yuke. (2012). Pengaruh Modal Intelektual dan Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Pegawai Serta Dampaknya Terhadap Mutu Layanan Bimbingan Belajar Tridaya (Studi Persepsi Terhadap Pegawai Bimbingan Belajar Tridaya). Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: [Online].Tersedia: http://repository.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=1727 [3 Desember 2011]

Yap, Kenneth B., & Sweeney, Fillian C. (2007). “Zone of Tolerance Moderates the Service Quality-Outcome Relationship”. Journal Of Service Marketing. 21, (2), 91-100.


0 komentar:

Posting Komentar