STRATEGI PENGEMBANGAN PERGURUAN
TINGGI SWASTA
Abstrak: Pengembangan organisasi merupakan
bagian penting dalam sistem pendidikan di PTS. Hal ini karena mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan pencapaian tujuan perguruan tinggi,
khususnya pengembangan organisasi yang menyangkut persepektif keuangan,
costumer, proses bisnis/jasa pendidikan, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
Balanced Scorcard (BSC) sebagai alternatif pengembangan organisasi. Di dalam
rangka pengembangan organisasi, PTS hendaknya mengoptimalkan layanan pendidikan
dengan potensi sumber daya yang ada sesuai dengan tuntutan lingkungan
internal dan eksternal.
Kata
Kunci: Balanced
Scorecard, BSC, mutu perguruan tinggi.
A. Pendahuluan
Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi dari pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah.
Sedangkan perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yag menyelenggarakan
pendidikan tinggi (PP No. 30/1990). Dalam PP tersebut dikemukakan bahwa
pendidikan tinggi:
1. menyiapkan peserta didik menjadi
anggora masyarakat yang memiliki akademik dan atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
atau kesenian.
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan
ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya
untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memerkaya kebudayan nasional.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 tahun 2003 pasal (19) menyebutkan bahwa pendidikan tinggi merupakan
jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh
pendidikan tinggi. Dan pada pasal 24 ayat (2) berbunyi bahwa
perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada
masyarakat. Berkenaan dengan pendanaan, ayat (3) berbunyi perguruan tinggi
dapat memperoleh sumber dana dari masyarakat yang pengelolaannya dilakukan
berdasarkan prinsip akuntabilitas publik.
Pendidikan tinggi, seperti halnya
pendidikan dasar dan menengah, menurut UU Sisdiknas, bahwa pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Ini
artinya, masyarakat memiliki hak untuk mendirikan dan mengelola peguruan tinggi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyelenggaraan perguruan tinggi yang
dilakukan masyarakat, dilaksanakan melalui badan yang sifatnya layanan sosial
atau yayasan yang telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah. Kran dan peluang
ini dimafaatkan betul oleh masyarakat sehingga perguruan tinggi swasta menjamur
di mana-mana. Persoalannya, seiring dengan kebebasan perguruan tinggi negeri
membuka berbagai jurusan dan program studi, keberadaan perguruan tinggi swasta
semakin terancam. Tak sedikit, perguruan tinggi swasta yang gulung tikar karena
tidak mampu bersaing memperebutkan mahasiswa.
Banyak faktor yang memengaruhi
ketidakberdayaan perguruan tinggi swasta ini, diantaranya strategi pengembangan
organisasi PTS yang kurang baik. Oleh karena itu, upaya mengoptimalkan mutu
layanan PTS sesuai dengan tuntutan internal dan eskternal perlu dilakukan.
Pengembangan organisasi PTS harus mengalami pergeseran pada mutu layanan,
dikelola dengan baik dan transparan, dikembangkan berlandaskan visi dan misi
yang jelas, dan diikuti serta dilaksanakan oleh setiap individu yang terlibat
dalam pengelolaan PTS tersebut.
Roberts S. Kaplan dan David P. Norton
(2000:8) menawarkan sebuah konsep Balanced Scorcard (BSC) sebagai alternatif
pengembangan organisasi, yaitu dengan memperluas kinerja eksekutif/personel ke
empat persepektif: finansial, customer/pelanggan, proses bisnis internal, dan
pembelajaran dan pertumbuhan. Konsep ini sangat tepat bila diterapkan dalam
pengembangan organisasi PTS yang telah mengalami kemunduran ini.
Sejalan dengan latar belakang masalah
yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam pembahasan ini
adalah bagaimana strategi pengembangan organisasi Perguruan Tinggi Swasta.
Lebih rinci diuraikan dalam bentuk rumusan pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana merumuskaan kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi dalam pengembangan organisasi PTS
dan bagaimana cara mengatasi dan memanfaatkannya?
2. Bagaimana penerapan visi, misi, dan
strategi telah dilaksanakan sesuai dengan analisis kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman yang dimiliki?
B. Konsep
Strategi Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi merupakan upaya
meningkatkan kemampuan organisasi berdasarkan persepektif waktu jangka panjang
yang terdiri dari serangkaian penahapan dengan penekanan pada hubungan antar
individu, kelompok dan organisasi sebagai keseluruhan. Pengembangan organisasi
dapat juga dikatakan aplikasi pendekatan kesisteman terhadap hubungan
fungsional, struktural, teknikal, dan personal dalam organisasi.
Pengembangan organisasi merupakan suatu
perubahan organisasi, oleh karena itu Sondang P Siagian (1995:21) mengatakan
bahwa persepsi tentang perlunya perubahan harus dirasakan karena hanya dalam
kondisi demikianlah para anggota organisasi dapat diyakinkan bahwa dalam upaya
mencapai tujuan dan berbagai sasaran organisasi, diperlukan cara kerja baru,
metode kerja baru, dan bahkan mungkin strategi dan visi yang baru.
Salah satu ciri umum pengembangan
organisasi adalah bahwa pengembangan organisasi merupakan suatu proses yang
terus menerus dan dinamis. Pelaksana harus mampu mengubah strategi selama
proses sedang berlangsung sebagai akibat masalah-masalah yang timbul dan
kejadian-kejadian organisasi. Moekijat (1993:8) mengutip pendapat Gary Dessler
mengatakan bahwa ciri umum pengembangan organisasi adalah suatu strategi
pendidikan yang dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan organisasi yang telah
direncanakan.
Ada empat tipe pengembangan organisasi,
yakni pengembangan teknologi, pengembangan produk, administratif dan
pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan teknologi berkenaan dengan
proses pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan layanan yang strategis, dan
tekologi pendidikan yang dapat menunjang PBM. Sedangkan pengembangan produk
adalah berkenaan dengan hasil atau layanan keluaran organisasi dalam proses
pendidikan. Lain halnya dengan pengembangan administrasi yakni berkenaan
organisasi pendidikan, mencakup struktur, tujuan, kebijakan, insentif, sistem
informasi dan anggaran. Dan yang dimaksud dengan pengembangan sumber daya
manusia adalah pengembangan sikap, keterampilan, pengharapan, kepercayaan,
perilaku para pegawai termasuk pimpinan.
Dale
S. Beach (1975:426) dalam bukunya yang berjudul Personel: The Management of
people at Work mengatakan bahwa organization developement is a complex
educational strategy designed to increase organizational effectiveness and
health through planned intervention by a consultant using theory and techniques
of applied behavioral science. Sedangkan Harold Koontz, Cyril O’Donnell,
dan Heinz Weichrich (1980:592) mengatakan organizational develompement,
typically shortened to “OD”, is a systematic, integrated, and planned approach
to improve the effectiveness of an enterprise.
Lain halnya dengan Sondang P. Siagian
mengatakan bahwa pengembangan organisasi merupakan upaya peningkatan kemampuan
organisasi berdasarkan persefektif waktu jangka panjang yang terdiri dari
serangkaian penahapan dengan penekanan pada hubungan antar individu, kelompok,
dan organisasi sebagai keseluruhan. Dan Manajemen Lembaga Pendidikan dan
Pembinaan Manajemen dalam buku kamus istilahnya (1983:124) mengatakan bahwa
pengembangan organisasi adalah peningkatan kemampuan organisasi untuk mencapai
tujuannya dengan memanfaatkan potensi manusia secara lebih efektif dan
mengevaluasi setiap perubahan dan mengarahkannya secara konstruktif.
Sementara itu, strategi adalah cara
untuk mencapai tujuan dengan daya dan sarana yang dapat dihimpun (Soekarton
(1993:35). Sedangkan Siagian (1985:21) menyebutkan bahwa strategi merupakan
cara-cara yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan dipergunakan oleh
suatu organisasi untuk mencapai tujuan dan berbagai sasarannya.
Hakikat strategi adalah cara berpikir
manusia secara sistematis. Kenneth Primozic (1991:7) menggolongkan berpikir
manusia yakni “secara mekanik, institusi dan strategik”. Ketiga cara berpikir
tersebut menurutnya bahwa cara strategik lebih kreatif dan dinamis selaras
dengan permasalahan yang ditemukan.
Agustinus SW (1996:4) mengemukakan bahwa
karakteristik masalah strategik menyangkut orientasi ke masa depan; berhubungan
dengan unit-unit kegiatan yang kompleks; perhatian manajemen puncak; pegaruh
jangka panjang; alokasi sumber-sumber daya. Berkenaan dengan banyak pilihan
sebagai alternatif pemecahan masalah, semakin kecil tingkat kesalahan yang
timbul di masa depan.
Sedangkan strategi menurut Hax dan
Majlur (dalam Salusu, 1996:100):
1. ialah suatu pola keputusan yang
konsisten, menyatu dan integral;
2. menentukan dan menampilkan tujuan
organisasi dalam artian sasaran jangka panjang, program bertindak dan prioritas alokasi
sumber daya;
3. menyeleksi bidang yang akan digeluti
organisasi;
4. mencoba mendapatkan keuntungan yang
mampu bertahan lama, dengan memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan
ancaman dari lingkungan eksternal organisasi dan kekuatan serta kelemahannya;
5. melibatkan semua tingkat hirarki
dari organisasi.
Strategi merupakan suatu alat untuk
mencapai tujuan organisasi, untuk itu Wahyudi (1996:17) mengemukakan
sifat-sifat dari suatu strategi adalah sebagai berikut:
1. menyatu (unified), yaitu
menyatukan seluruh bagian-bagian dalam organisasi;
2. menyeluruh (comprehensive),
yaitu mencakup seluruh aspek dalam organisasi;
3. integral (integrate), yaitu
seluruh strategi akan cocok/sesuai dari seluruh tingkatan (corporate
business and functional).
Dan
kaitan strategi dengan pengembangan organisasi, Steiner dan Meiner (1988:18)
menjelaskan bahwa penerapan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi
dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan
strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan mematikan implementasinya secara
tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.
Selain strategi yang harus dimiliki
lembaga pendidikan, visi dan misi juga harus dimiliki. Visi adalah bagaimana
rupa yang seharusnya dari suatu organisasi kalau ia berjalan dengan baik
(Lonnie Helgeson dalam Salusu, 1996:12). Lebih lanjut Salusu menjelaskan bahwa
visi keberhasilan dapat dijelaskan sebagai suatu deskripsi tentang bagaimana
seharusnya rupa dari suatu organisasi pada saat ia berhasil dengan sukses
melaksanakan strateginya dan menemukan dirinya yang penuh potensi yang
mengagumkan.
Visi suatu organisasi juga merupakan
suatu imajinasi/wawasan ke depan dari organisasi tersebut yang menerobos
dimensi waktu didasarkan atas argumen rasional. Visi tertulis disebut dengan “Mission
Statement” atau pernyataan misi. Suatu pernyataan misi yang baik adalah
bagian penting untuk membuat, mengaplikasikan dan mengevaluasi strategi.
Mengembangkan dan mengomunikasikan pernyataan misi, merupakan tahapan yang
terpenting di dalam manajemen strategik.
Sedangkan misi adalah maksud dan
kegiatan utama yang membuat organisasi tersebut mempunyai jati diri yang khas
yang membedakannya dari organisasi lain yang bergerak dalam bidang usaha
sejenis. Dalam melaksanakan misi tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang
memadai baik dalam jenis, jumlah dan mutu sumber daya manusia tersebut.
Pernyataan misi dapat bervariasi bentuk,
panjang, isi dan spesifikasinya. Menurut Agustinus (1996:40) pernyataan yang
dapat menjawab salah satu atau lebih karakteristik sebagai berikut:
1. pelanggan
2. produk atau jasa
3. pasar dan saingan
4. teknologi yang digunakan
5. komitmen terhadap pertumbuhan,
stabilitas
6. konsep organisasi
7. komitmen terhadap image masyarakat
8. komitmen terhadap karyawan.
Penyusunan misi organisasi dipengaruhi
oleh beberapa elemen yang harus dipertimbangkan oleh pembuat atau perencana
strategi agar misi tersebut dapat benar-benar mencerminkan apa yang ingin
dilakukan oleh organisasi. Elemen tersebut adalah aspek sejarah organisasi,
keinginan pimpinan puncak, perubahan lingkungan, keterbatasan sumber daya,
keunggulan yang dimiliki untuk bersaing.
Di dalam manajemen strategik, peran
Balanced Scorcard, menurut Mulyadi (2001:59) menempati posisi strategik dalam
sistem manajamen strategik. Tahap perencanaan dalam sistem manajemen strategik
(dikenal pula dengan sebutan total business planning) terdiri dari
empat tahap, yakni:
1. perumusan strategi
2. perencanaan strategi
3. penyusunan program, dan
4. penyusunan anggaran.
Balanced Scorcard (selanjutnya disebut
BSC) berdampak siginifkan terhadap perencanaan staregik, penyusunan program,
dan penyusunan anggaran. Tahap impelemntasi rencana dalam sistem manajemen
strategi terdiri dari dua tahap yakni impelemntasi dan pemantauan.
BSC
berperan dalam memperluas ukuran kinerja personel dalam tahap implementasi dan
tahap pemantauan. Berikut ini akan dijelaskan hubungan antara BSC dengan
perumusan strategi, hubungan BSC dengan penyusunan program, peyusunan anggaran,
implementasi dan pemantauan.
Peran BSC dalam tahap perumusan strategi
dilakukan terhadap trend perubahan lingkungan makro dan lingkungan industri.
Hasil pengamatan trend ini digabungkan dengan hasil analisis intern
(analisis strenghts, weaknesses, opportunities, dan threats atau SWOT
analysis) digunakan sebagai dasar untuk merumuskan misi, visi, keyakinan
dasar, dan nilai dasar organisasi.
BSC
memperluas persepektif yang dicakup dalam penafsiran akibat dampak trend
perubahan lingkungan makro dan lingkungan industri. Disamping itu, BCS juga
memperluas persepektif dalam SWOT analysis. Trend perubahan kedua lingkungan
tersebut ditafsirkan dampaknya terhadap organisasi melalui empat persepektif,
yakni keuangan, customer, proses bisnis/intern, dan pembelajaran dan
pertumbuhan. Dalam SWOT analysis juga mencakup keempat persepektif tersebut.
Peran BSC dalam tahap perencanaan
strategik melalui strategi yang telah ditetapkan (misalnya strategi yang
dipilih: differentiation strategy dan low cost strategy), tujuan
(goals) kemudian diterjemahkan menjadi sasaran-sasaran strategik ke
dalam empat persepektif: keuangan, customer, proses bisnis internal,
pembelajaran dan pertumbuhan. Pada tahap perencanaan strategik ini, untuk
setiap sasaran strategik kemudian ditetapkan berbagai inisiatif strategik untuk
mewujudkan sasaran tersebut.
BSC berperan menjadikan komprehensif dan
koheren sasaran dan inisiatif strategik yang ditetapkan dalam tahap perencanaan
strategik. Kekomprehensivan dan kekoherenan sasaran dan inisiatif
strategik ini menjanjikan peliatgandaan kinerja keuangan dalam jangka panjang.
Peran BSC dalam tahap penyusunan program
adalah inisiatif strategik yang komprehensif kemudian dijabarkan ke dalam
program-program jangka panjang disertai taksiran sumber daya yang diperlukan
untuk atau diperoleh dari pelaksanaan program tersebut. Oleh karena merupakan
penjabaran inisiatif strategik yang komprehensif, maka program-program yang
dihasilkan dalam tahap penyusunan program juga mencakup persepektif yang
komprehensif.
Peran BSC dalam tahap penyusunan
anggaran (rencana jangka pedek), program-program yang komprehensif tersebut kemudian
dijabarkan ke dalam rencana kegiatan jangka pendek, disertai dengan taksiran
sumber daya yang diperlukan untuk dan diperoleh dari kegiatan tersebut. Oleh
karena merupakan penjabaran program-program yang komprehensif, maka rencana
kegiatan jangka pendek dihasilkan dalam tahap penyusunan anggaran juga mencakup
persepektif yang komprehensif.
Sedangkan peran BSC dalam tahap
implementasi dan tahap pemantauan, rencana kegiatan yang tercantum dalam
dokumen anggaran dilaksanakan. Pada tahap implementasi, BSC digunakan untuk
mengukur kinerja personel di keempat persepektif. Pada tahap pemantauan, hasil
pengukuran kinerja personel di keempat persepektif BSC tersebut dibandingkan
dengan target yang ditetapkan dalam anggaran dan target yang ditetapkan dalam
perencanaan strategik. Hasil
pembandinangan antara hasil pengukuran kinerja dengan target anggaran
digunakan untuk mengevaluasi kinerja jangka pendek personel; sedangkan hasil
pembandingan antara hasil pengukuran kinerja dengan target yang ditetapkan dalam
perencanaan strategik digunakan untuk mengevaluasi jangka panjang personel.
Pengembangan organisasi merupakan bagian
penting dalam sistem pendidikan di PTS. Hal ini karena mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap keberhasilan pencapaian tujuan perguruan tinggi, khususnya
pengembangan organisasi yang menyangkut persepektif keuangan, costumer, proses
bisnis/jasa pendidikan, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
Di dalam rangka pengembangan
organisasi, PTS hendaknya mengoptimalkan layanan pendidikan dengan
potensi sumber daya yang ada sesuai dengan tuntutan lingkungan internal dan
eksternal. PTS juga harus memperkuat komitmen personil yang dapat mendorong
untuk mencapai tujuan organisasi melalui visi organisasi. Dan yang tak kalah
pentingnya, meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan
pendidikan tinggi. Semoga dengan adanya perubahan strategi pengembangan
organisasi PTS, pada akhirnya PTS tetap eksis dan dapat membantu peningkatan
kualitas SDM bangsa ini.
Daftar Pustaka
Agustinus
S. Wahyudi, 1996, Manajemen Strategik, Pengantar Proses berpikir strategik,
Jakarta: Binarupa Aksara
Dale S.
Beach, 1975, Personel: The Management of People at Work, Third Edition, New
York: MacMillan Publishing Co. Inc.
Edward
Sallis, 2006. Total Quality Management in Education, Jogyakarta:IRCiSoD
Koontz,
Harlod, Donnell Cynlo, Weinrich Heinz, 1995, Manajemen, Jakarta: Erlangga
Moekijat,
1993, Pengembangan Organisasi, Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyadi,
2001, Balanced Scorcard; Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja
Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Salemba Emban Patria
Peraturan
Pemerintah No. 30/1990/ tentang perguruan tinggi;
UU
Sisdiknas no 20 tahun 2003;
Robert S.
Kaplan & David P. Norton, (2000), Balanced Scorcard, Menerapkan Strategi
Menjadi Aksi, Jakarta: Erlangga;
Siagian,
P. Sondang, 1995, Manajemen Strategik, Jakarta: Bumi Aksara;
Soekarton,
1992, Dasar-dasar Organisasi, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press
Salusu J., 1996, Pengambilan keputusan strategik
untuk organisasi publik dan organisasi nonprofit, Jakarta: PT Gramedia
0 komentar:
Posting Komentar