INOVASI PENDIDIKAN
(Oleh
Rachmat Gumilar S.Pd _ NPM 0907695)
A.
Pengertian
Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang
berarti pembaruan dan perubahan. Kata kerjanya inovo yang artinya memperbaharui
dan mengubah. Inovasi adalah suatu perubahan yang baru yang menuju kea rah
perbaikan; yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan
dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan).
Istilah perubahan dan pembaharuan ada perbedaan
dan persamaannya. Perbedaannya, kalau pada pembaruan ada unsur kesengajaan.
Persamaannya, yakni sama-sama memiliki unsur yang baru atau lain dari
sebelumnya. Pembaruan pendidikan itu sendiri adalah perubahan yang baru dan
kualitatif berbeda dari hal (yang sebelumnya) serta sengaja diusahakan untuk
meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan.
Untuk mengetahui dengan jelas perbedaan antara
inovasi dengan perubahan, mari kita lihat definisi yang diungkapkan oleh
Nichols (1983:4).
“Change refers to ” continuous reapraisal and
improvement of existing practice which can be regarded as part of the normal
activity ….. while innovation refers to …. Idea, subject or practice as new by
an individual or individuals, which is intended to bring about improvement in
relation to desired objectives, which is fundamental in nature and which is
planned and deliberate.”
Nichols menekankan perbedaan antara perubahan
(change) dan inovasi (innovation) sebagaimana dikatakannya di atas, bahwa
perubahan mengacu kepada kelangsungan penilaian, penafsiran dan pengharapan
kembali dalam perbaikan pelaksanaan pendidikan yang ada yang diangap sebagai
bagian aktivitas yang biasa. Sedangkan inovasi menurutnya adalah mengacu kepada
ide, obyek atau praktek sesuatu yang baru oleh seseorang atau sekelompok orang
yang bermaksud untuk memperbaiki tujuan yang diharapkan.
Ada
beberapa pendapat mengenai inovasi pendidikan :
1. Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi
pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inocasi untuk memecahkan
masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode,
yang dirasakan atau diamati berbagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau
kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inverse (penemuan baru) atau
discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
2. Demikian pula Ansyar, Nurtain (1991)
mengemukakan adalah gagasan, perbuatan atau sesuatu yang baru dalam konteks
social tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi.
B. Tujuan
Inovasi Pendidikan
Menurut santoso (1974) tujuan utama inovasi,
yakni meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang dan sarana termasuk struktur dan
prosedur organisasi. Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi,
relevansi, kualitas dan efektivitas : sarana serta jumlah peserta didik
sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut kriteria
kebutuhan peserta didik, masyarakat dan pembangunan) dengan menggunakan sumber,
tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.
Kalau dikaji, arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia tahap
demi tahap, yaitu :
1. Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang
dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu dan tekhnologi sehingga makin lama
pendidikan di Indonesia
makin berjalan sejajar dengan kemajuan-kemajuan tersebut.
2. Mengusahakan terselenggarakannya pendidikan
sekolah maupun luar sekolah bagi setiap warga Negara, misalnya meningkatkan
daya tampung usia sekolah SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi.
Disamping itu, akan diusahakan peningkatan mutu
yang dirasakan makin menurun dewasa ini. Dengan sistem penyampaian yang baru,
diharapkan peserta didik menjadi manusia yang aktif, kreatif dan terampil
memecahkan masalahnya sendiri.
Adapun tujuan inovasi pendidikan di Indonesia pada
umumnya adalah :
1. Lebih meratanya pelayanan pendidikan
2. Lebih serasinya kegiatan belajar
3. Lebih efisien dan ekonomisnya pendidikan
4. Lebih efektif dan efisiensinya sistem
penyajian
5. Lebih lancar dan sempurnanya sistem informasi
kebijakan
6. Lebih dihargainya unsur kebudayaan nasional
7. Lebih kokohnya kesadaran, identitas dan
kesadaran nasional
8. Tumbuhnya masyarakat gemar belajar
9. Tersebarnya paket pendidikan yang memikat,
mudah dicerna dan mudah diperoleh
10. Meluasnya kesempatan kerja
C.
Faktor-Faktor yang Mesti Diperhatikan dalam Inovasi Pendidikan
1. Guru
Guru adalah orang yang sanagat berpengaruh orang
yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru
harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru harus
mampu mempengaruhi siswanya. Guru harus berpandangan luas dan kriteria bagi
seorang guru ialah harus memiliki kewibawaan karena dapat memberikan suatu
kekuatan yang dapat memberikan kesan dan pengaruh.
Dengan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa
untuk mengadakan pembaharuan dalam pendidikan, kita harus meningkatkan
profesionalisme guru.
2. Siswa
Siswa merupakan objek utama dalam proses belajar
mengajar. Siswa dididik oleh pengalaman belajar mereka, dan kualitas
pendidikannya bergantung pada pengalamannya, kualitas pengalaman-pengalaman,
sikap-sikap, temasuk sikap-sikapnya pada pendidikan. Dan belajar dipengaruhi
oleh orang yang dikaguminya. Oleh karena itu, dalam mengadakan pembaharuan
pendidikan, kita harus memperhatikannya dari segi murid karena murid merupakan
objek yang akan diarahkan.
3. Fasilitas
Proses belajar mengajar akan berjalan lancer
kalau ditunjang oleh sarana yang lengkap. Oleh karena masalah fasilitas
merupakan masalah yang esensial dalam pendidikan, maka dalam pembaharuan
pendidikan kita harus serempak pula memperbaharui mulai dari gedung sekolah
sampai kepada maslah yang paling dominan, yaitu alat peraga 9sebgai penjelasan
dalam penyampaikan pendidikan).
4. Program atau Tujuan
Dalam proses belajar mengajar kita harus
mempunyai tujuan yang jelas. Kita harus meniliti apa tujuan pendidikan nasional
kita, apa pula tujuan institusionalnya, kurikulernya sampai kepada tujuan yang
sangat sepesifik sekali telnologi informasi dan komunikasi.
Dalam pembaharuan pendidikan tidak akan berhasil
kalau mengenyampingkan masalah tujuan. Sebaliknya dengan memperjelas tujuan
akan lebih mudahlah kepada apa yang akan dilakukan.
5. Kurikulum
Kurikulum dalam arti yang luas adalah yang
meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah. Kurikulum sekolah dapat
dipandang sebagai bagian dari kehidupan. Oleh karena itu, kurikulum berpengaruh
sekali kepada maju mundurnya pendidikan. Apabila kita mengadakan suatu inovasi
dalam pendidikan, kita harus memperhatikan kurikulum yang sudah dirumuskan.
Kalau pendidikan diperbaharui, maka sudah barang tentu (otomatis) kurikulumnya
pun harus berubah. Kita tidak bisa mengadakan pembaharuan tanpa perubahan pada
kurikulum.
6. Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal
yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa
dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan pembahruan pendidikan.
Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak,
terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan
sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik teutama masyarakat di mana
peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi
pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak
diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan
sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam pelaksanakan
inovasi pendidikan.
D.
Masalah-Masalah yang Menuntut Diadakan Inovasi
Pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai
tantangan dan persoalan. Adapun masalah-masalah yang menuntut diadakan inovasi
di Indonesia,
yaitu :
1. Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat
dan sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan
yang secara kumulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai.
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern
menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan terus
menerus dan dengan demikian menuntut pendidikan yang lebih lama sesuai dengan
konsep pendidikan seumur hidup (long education).
3. Berkembangnya tekhnologi yang mempermudah
manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungannya, tetapi yang
sering kali ditangani sebagai suatu ancaman terhadap kelestarian peranan
manusiawi.
Tantangan-tantangan di atas lebih berat lagi
dirasakan karena berbagai persoalan datang baik dari luar maupun dari dalam
system pendidikan itu sendiri, yaitu di antaranya :
1. Sumber-Sumber yang makin terbatas dan belum
dimanfaatkannya sumber yang ada secara efektif dan efisien.
2. Sistem pendidikan yang masih lemah dengan
tujuan yang masih kabur, kurikulumnya belum serasi, relevan, suasana belum
menarik dan sebagainya.
3. Pengelolaan pendidikan yang belum mekar dan
mantap dan belum peka terhadap perubahan dan tuntutan keadaan, baik masa kini
maupun masa akan datang.
Ini adalah contoh kasus masalah pendidikan di Indonesia :
Pendidikan manusia Indonesia sekarang ini dilanda
krisis nilai yang sangat berat. Beberapa tahun belakangan ini banyak terjadi
fenomena yang sangat mencoreng dan memalukan wajah manusia Indonesia.”Masih
jelas pada ingatan kita tentang pembongkaran kasus universitas fiktif dan
jual-beli gelar beberapa tahun lalu,” kata pemerhati pendidikan dari
Universitas Indonesia (UI) Prio Sambodho kepada Pembaruan di sela-sela seminar
“Membangun Indonesia Melalui Kewiraausahaan Sosial” di Jakarta, Senin (21/11).
Pembicara lain dalam seminar itu, antara lain Dwi Tularsih Sukowati . Dari
penyidikan yang dilakukan Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, 15.000 gelar
palsu telah berpindah tangan sejak tahun 2000 hingga 2005. Data lainnya
menunjukkan bahwa jumlah pembeli ijazah dan gelar palsu dapat mencapai 30.000
orang dari berbagai universitas fiktif tersebut. Gelar yang dikeluarkan
meliputi 1.060 doktor, 288 PhD, 2.900 MSc, dan minimal 100 untuk beberapa gelar
lainnya.
Untuk itu, dia mengimbau pemerintah melakukan
reorientasi paradigma dan desain model pembangunan pendidikan. Semua model
pendidikan harus diarahkan kepada pembangunan nilai dan budaya yang kuat.
“Model pembangunan dan kebijakan semutakhir dan secanggih apa pun tidak akan
berhasil bila tidak dilandasi oleh nilai dan kultur yang kuat. Sejarah telah
membuktikannya dan kita sebaiknya belajar darinya, agar pendidikan kita menjadi
education that educate, dalam makna yang sebenarnya,” katanya.
Dijelaskan, model pembangunan yang dijalankan
oleh pemerintah masih berlandasakan pada pendidikan dengan model rasionalis,
yakni model pembangunan pendidikan yang berorientasi pada standardisasi,
formalisasi yang tinggi, dan birokratisasi yang ketat dan kaku. “Model seperti
ini banyak digunakan oleh pemerintah negara-negara berkembang karena dengan
model ini pemerataan dan peningkatan kapasitas institusi pendidikan dapat
dilakukan dengan biaya yang relatif murah,” kata dia.
Paradigma pembangunan pendidikan seperti ini,
papar Prio, berpotensi menimbulkan kesalahan orientasi pada arti pembangunan
pendidikan. Selama ini, katanya, orientasi keberhasilan pendidikan selalu
didasarkan pada banyaknya murid yang dapat dimasukkan ke dalam sistem pendidikan
formal. “Selama angka tersebut terus meningkat, maka pembangunan dianggap telah
berhasil. Institusi pendidikan kemudian dianggap sebagai suatu ‘pabrik raksasa’
yang akan mengolah secara massal orang-orang yang tidak berpendidikan menjadi
berpendidikan hanya dengan menyelesaikan suatu proses yang sudah ditentukan,
yaitu kurikulum pendidikan formal,” terangnya.
Sementara itu, Dwi Tularsih Sukowati yang juga
berasal dari UI menyatakan pemerintah belum melaksanakan amanat UUD 1945
terkait pasal pendidikan. UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan setiap warga
negara berhak mendapatkan pengajaran. “Tetapi sesudah Indonesia
merdeka selama 31 tahun, kenyataan yang ada sungguh ironis,” katanya. Dwi
mengutip data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menunjukkan angka buta
aksara penduduk Indonesia sampai dengan usia 15 tahun mencapai 12,1 persen,
sedangkan angka partisipasi kasar pendidikan dasar sampai menengah atas, cuma
65 persen.Dwi menambahkan amendemen UUD 1945 pasal 31 (ayat 4) menegaskan bahwa
negara memprioritaskan dana untuk pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari
total APBN dan APBD. “Tetapi kenyataannya pada 2006, pemerintah hanya mampu
mengalokasikan dana pendidikan sebesar 9,3 persen. Sedangkan tahun 2007 sebesar
10,2 persen dari total APBN. Inilah yang menjadi salah satu faktor mahalnya
biaya pendidikan untuk masyarakat. Belum lagi masalah kesenjangan pendidikan
antara pusat dan daerah,” katanya.
F.
Kendala-Kendala dalam Inovasi Pendidikan
Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan
usaha inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah :
1) Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi.
2) Konflik dan motivasi yang kurang sehat.
3) Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga
mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan.
4) Keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi
penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi
5) Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi
(Subandiyah 1992:81).
Untuk menghindari masalah-masalah tersebut di
atas, dan agar mau berubah terutama sikap dan perilaku terhadap perubahan
pendidikan yang sedang dan akan dikembangkan, sehinga perubahan dan pembaharuan
itu diharapkan dapat berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orang tua
siswa, dan masyarakat umumnya harus dilibatkan
G.
Beberapa Upaya dalam Inovasi Pendidikan
1. Sistem PAMONG
Perkataan PAMONG sendiri adalah singkatan dari
PEndidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua dan Guru dan telah dipergunakan
sejak kegiatan pencarian alternative atau pelngkap bagi pendidikan dasar pada
umumnya, proyek ini berawal dari proyek kerjasama antara BP3K Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dengan SEAMO Regional “Innotech Centre” (Innovation
and Educational Technology) pada tahun 1974-1979. Lokasi proyek ini terletak di
Solo, Jawa Tengah. Pada dasarnya system ini mengetengahkan peranan baru bagi
guru dari pengajaran di muka kelas menjadi pengelola kegiatan belajar. Sebagai
pengelola ia harus dapat meningkatkan kemampuannya,sehingga tidak lagi terbatas
pada jumlah 40 orang murid yang di hadapi seperti lazimnya, tetapi diharapkan
mampu mengelola antara 80-100 orang. Murid-murid belajar sendiri ddengan
menggunakan modul yaitu suatu satuan pengajaran yang tercetak, dimana pelajaran
telah tersusun dan terprogram sedemikian rupa meliputi tujuan pengajarn, informasi
bahan, latihan dan riset, serta kegiatan praktikum, tes dan umpah balik, serta
ujian. Sehingga modul itu “ dapat mengajar sendiri” Dengan demikian guru dapat
mengalihkan kegiatan mengajar menjadi supervise dan memberikan konsultasi
kepada murid-murid.
Salah satu prinsip system SD PAMONG adalah bawhwa
belajar dapat berlangsung diberbagai tempat, artinya system SD PAMONG berusaha
untuk mengubah pandangan bahwa belajar hanya dapat terjadi di dalam gedung
sekolah dan bahwa jika anak putus sekolah juga berarti putus belajar. Dengan
demikian system SD PAMONG di samping merupakan usaha serta kegiatan lain untuk
meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, juga berusaha
menciptakan wadah dan kesempatan bagi anak yang karena satu dan lain hal; terpaksa
tidak dapat belajar di sekolah biasa
2. Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tujuan proyek KKN adalah melengkapi para
mahasiswa dengan pengalaman praktis tentang kebutuhan dan masalah pembangunan
masyarakat pedesaan, serta penyediaan tenaga kerja terdidik untuk pembangunan
di 58.000 desa yang tersebar di seluruh Indonesia. Rencana tersebut dimulai
tahun 1971 atau 1972 oleh 3 universitas yang merintis melaksanakan proyek
tersebut. Mnurut rencana tahun 1975 atau 1976 sebanyak 28 Lembaga Pendidikan
Tinggi sudah bergiat dengan KKN dan selanjutnya seluruh mahasiswa di tingkat
terakhir kurang lebih sebanyak 23.000 orang setahunnya akan terlibat kegiatan
KKN. Jelas bahwa KKN akan menyediakan tenaga-tenaga akademik yang terampil,
berpengalaman langsung secara praktis tentang kebutuhan dan masalah pembangunan
masyarakat pedesaan dan bukan sekedar berpengetahuan teori dari bangku kuliah
saja.
3. Program Penerimaan Bakat
Proyek ini bertujuan untuk membantu murid dan
mahasiswa yang berbakat serta berprestasi tinggi dalam belajar. Bantuan dan
beasiswa diberikan kepada pelajar di setiap jenis dan tingkat pendidikan.
Adapun persyaratan untuk memperoleh beasiswa ialah mahasiswa yang mempunyai
bakat yang menonjol, berprestasi tinggi tedtpi ekonominya lemah. Penilaian
didasarkan atas prinsip kesempatan yang sama dan dilaksanakan secara sktoral.
Selain beasiswa, program ini juga memberikan bantuan dalam bentuk buku-buku dan
sebagainya. Kini di Indonesia telah terdapat berbagai badan yang memberikan
beasiswa kepada siswa-siswa, seperti Supe Semar yang dalam REpelita selanjutnya
memberikan bantuan khusus kepada anak yang berbakat istimewa.
4. Sistem KBK dalam Perkuliahan
Tuntutan KBK, bagi dosen mampu memformulasikan
komponen desain instruksional, penguasaan materi dan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana pembelajaran yang terintegrasi
dalam upaya mengembangkan semua potensi mahasiswa. Konsekuensinya, inovasi dan
kreatifitas dosen dalam mengembangkan model-model pembelajaran sangat
dibutuhkan dalam rangka menghasilkan peserta didik yang sanggup bersaing di era
globalisasi. Salah satu model yang berkembang melalui problem based learning
(PBL), bersifat dinamis berbasis pemecahan masalah, interaktif dan kemajuan
belajar yang didasarkan pada penguasaan kompetensi serta produktif Sebagai
dasar acuannya. Untuk itu, hendaknya dosen pertama, memfasilitasi sumber
belajar baik berupa buku rujukan, hand-out kuliah, journal, bahan kuliah yang
berasal dari hasil penelitian dan waktu yang memadai kepada peserta belajar. Kedua,
memotivasi mahasiswa dengan memberi perhatian cukup kepada mahasiswa. Memberi
materi yang relevan dengan tingkat kemampuan mahasiswa dan dengan situasi yang
kontektual. Memberi semangat dan kepercayaan pada mahasiswa bahwa ia dapat
mencapai kompetensi yang diharapkan. Memberi kepuasan pada mahasiswa terhadap
pembelajaran yang kita jalankan. Ketiga, memberi tutorial yakni pada tataran
menunjukkan jalan/cara/ metode yang dapat membantu mahasiswa menelusuri dan
menemukan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Keempat, memberi umpan balik sebagai bentuk monitoring dan mengkoreksi jalan
pikiran/hasil kinerjanya agar mencapai sasaran yang optimum sesuai
kemampuannya.
DAFTAR PUSTAKA
Subandijah
(1992) : Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. PT Raja Grafindo
Persada-Yogyakarta
Persada-Yogyakarta
Cece
Wijaya, Djaja Jajuri, A. Tabrani Rusyam (1991) Upaya Pembaharuan
dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran. Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya- Bandung 1991.
dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran. Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya- Bandung 1991.
Nicholls,
R. (1983) Managing Educational Innovation. London. George,
Allen and Unwin.
Allen and Unwin.
Idris
HM. Noor
:http://www.pdk.go.id?balitbang/publikasi/jurnal/No_026/sebuah_teoritis_Idris.htm
0 komentar:
Posting Komentar